Waspadai Peningkatan Penderita Kanker Anak

FK-UGM. Dewasa ini terjadi peningkatan jumlah penderita kanker. Dari sejumlah 100 ribu penderita kanker, 2 persen diantaranya diderita oleh anak-anak. Trend ini diyakini akan terus meningkat. Peningkatan jumlah penderita kanker anak patut untuk diwaspadai.

Guru besar Fakultas Kedokteran UGM, Prof. Dr. Sutaryo, SpA(K) menyampaikan bahwa terdapat beberapa penyebab terjadinya peningkatan penderita. “Pengaruh lingkungan yang semakin tidak baik, faktor genetik maupun peningkatan fasilitas kesehatan memungkinkan penderita terdeteksi relatif cepat memungkinkan kasus itu menjadi mudah untuk dideteksi jumlah peningkatannya,” paparnya, Senin (9/1) saat ditemui di Poliklinik Kanker Anak gedung ICC RSUP Dr. Sardjito.

Polusi memegang peran penting dalam mengganggu kondisi kesehatan anak dan meningkatkan risiko terjangkit penyakit kanker. Selain itu, faktor kekurangan gizi, penggunaan obat-obatan ataupun pengolahan dan konsumsi makanan yang tidak tepat juga mampu menjadi pemicu kanker. Sebagai contoh misalnya: mengkonsumsi makanan kemasan, berpengawet maupun proses pengolahan makanan yang tidak benar dengan minyak bekas.

Profesor Sutaryo dalam kesempatan ini menekankan pada masyarakat untuk senantiasa mengupayakan pola hidup sehat. Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS) perlu untuk digalakkan. Faktor lingkungan dan pola makan dengan gizi bagus bisa menjadi upaya preventif untuk mengurangi kerentanan terjadinya penyakit kanker tetapi juga penyakit infeksi dan penyakit degeneratif.

“Dari sekitar 215 penderita kanker baru setiap tahun, yang paling banyak diderita adalah kanker darah (Acute Lympoblastic Leukemia/ALL). Di Indonesia dan di dunia sama trend-nya. Urutan kedua adalah kanker otak, ketiga adalah kanker Acute Neuroblastik Leukemia, disusul kemudian oleh kanker mata dan kanker saraf,” ujarnya.

Semua penderita kanker sejatinya menunjukkan gejala sama dan sederhana yakni kurang darah, pasti ada perdarahan, maupun ada benjolan yang tidak normal. Dalam hal ini yang perlu ditekankan adalah deteksi dini. Saat ini, deteksi dini bisa dilakukan di Puskesmas, sehingga penderita bisa mendapatkan penanganan segera. “Fasilitas diagnosis dini, sudah ada sekitar 14 pusat kanker anak di Indonesia yang bisa mendiagnosis dan mengobati,” imbuh dokter ahli senior bidang kanker anak RSUP Dr. Sardjito ini.

Angka kesembuhan pasien kanker anak terhitung cukup tinggi jika bisa dideteksi sejak dini. Selain upaya deteksi dini, BPJS juga telah mendukung ketersediaan obat-obatan kanker yang dulu dirasakan cukup mahal oleh masyarakat.

Saat dikofirmasi mengenai harapan terkait penanganan kanker anak, Prof. Sutaryo menegaskan bahwa,”Pesan saya hanya satu. Ibu adalah dokter kanker anak yang paling bagus. Ibu harus mengerti adanya kekurangan darah, adanya perdarahan, dan adanya benjolan pada anak. Dengan adanya deteksi dini itu peluang kesembuhannya besar”. (Wiwin/IRO)

Berita Terbaru