Tren Gejala Depresit Profesi Wartawan Dampak Pandemi Covid-19

FK-KMK UGM. Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama Center for Economics and Development Studies (CEDS) Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Padjajaran (UNPAD) dan Prodi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran (FK) UNPAD, kembali mengadakan webinar series.

“Dalam pandemi Covid-19 para wartawan memegang peranan yang sangat penting. Tekanan yang dialami para wartawan juga sangat besar pada masa saat ini, tentu saja sangat memengaruhi psikososial para wartawan,” ungkap moderator dr. Sandra Frans, MPH., peneliti Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) FK-KMK UGM, pada webinar yang mengusung tema “Bagaimana Situasi Psikososial Profesi Wartawan?”

Jorghi Vadra, salah satu narasumber mengungkapkan bahwa hasil penelitian yang dilakukan CEDS FE UNPAD dan MIKM FK UNPAD, dengan pengumpulan data dilakukan pada 2 April 2020 hingga 10 April 2020 didapatkan jumlah responden 98 wartawan dan dilakukan deteksi kasus monitoring dampak dengan sistem surveillance. “Dari dampak pandemi, kami melakukan deteksi, pengukuran dan respon yang harus diberikan khususnya pada gejala depresi dan kejenuhan yang dialami wartawan saat ini. Pada data yang ada, sekitar 12.2% wartawan mengalami gejala depresi dan pesimistis. Sedangkan sebanyak 1.01% wartawan mengalami gejala depresi, kejenuhan bekerja, kekhawatiran, memiliki pola makan, dan asupan nutrisi kurang baik, tidak mudik, masih pergi meliput berita”, jelasnya.

“Terdapat 45,2% wartawan yang memiliki gejala depresif. Hal ini jauh lebih tinggi daripada tenaga kesehatan, yaitu sebesar 28%. Selain itu wartawan yang masih keluar rumah untuk meliput berita memiliki peluang 1.65 kali mengalami gejala depresif dibandingkan dengan wartawan yang tidak keluar rumah untuk meliput berita”, tambah Riki Relaksana, narasumber webinar.

Pencegahan keluarnya biaya social cost dari depresi saat terjadinya pandemi itu sangat penting. Maka penting sekali adanya layanan konseling kesehatan jiwa yang aktif, termasuk psikoterapi. Selain itu juga perlunya dukungan pemerintah baik itu reward, insentif, maupun ausransi yang dapat diberikan. Juga dukungan dari institusi, keluarga, peer, dan juga masyarakat.

“Tanpa wartawan dan media, informasi tidak akan sampai ke masyarakat, sehingga memang berat kondisinya”, ungkap salah satu pembahas, Wisnu Martha Adiputra, Dosen Komunikasi UGM dan peneliti jurnalistik. Verifikasi wartawan yang paling utama adalah observasi dan wawancara, sehingga memang sangat rentan bagi wartawan yang ke lapangan, hingga mengakibatkan khawatir.

Wisnu Martha Adiputra, menambahkan, antisipasi hal ini dapat dilakukan misalnya oleh asosiasi profesi wartawan yang memberikan perlindungan kepada wartawan dan mendorong perusahaan-perusahaan media untuk membantu dan juga mendorong pemerintah untuk melindungi serta memberikan kemudahan.

Dengan argumen, negara mendukung konstitusi bahwa informasi warga negara dijamin oleh negara dan informasi yang baik dibutuhkan oleh negara. “Informasi Covid-19 yang merupakan informasi kesehatan perlu diberikan pada warga negaranya. Dengan demikian, pemerintah juga wajib mendukung dan men-support kehidupan wartawan”, jelasnya.

Webinar series ini juga menghadirkan pembahas, Aulia Iskandarsyah, Fakultas Psikologi UNPAD dan Enton Supriyatna, Redaktur Pelaksana Pikiran Rakyat. Webinar yang digelar pada Kamis (14/05) ini ditayangkan melalui Live Streaming Kanal Pengetahuan FK-KMK UGM. (Vania Elysia/Reporter)

Berita Terbaru