Peran Gizi dalam Mengantisipasi Pandemi Covid-19

FK-KMK UGM. Saat ini belum banyak penelitian-penelitian khusus terkait peran gizi untuk mengantisipasi Covid-19 kaitannya dengan penurunan risiko terserang Covid-19. Hal tersebut menjadi sebuah tantangan. Akan tetapi terdapat hal menarik bahwa orang-orang yang menderita penyakit tidak menular (PTM) menjadi populasi yang rentan terserang Covid-19.

Mengantisipasi pandemi Covid-19 yang saat ini juga terjadi di Indonesia, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM menggelar diskusi dengan tema “Stay Healthy and Fit with WFH“. Diskusi yang berjalan selama kurang lebih 60 menit ini menghadirkan Perdana Samekto T.S., MSc., RD., seorang ahli gizi yang juga merupakan dosen di Departemen Gizi Kesehatan FK-KMK UGM, yang mengupas tips diet untuk pasien high risk saat Covid-19. Diskusi ini terselenggara pada Sabtu (13/06) melalui platform Zoom.

Hasil penelitian dari UK Biobank Study yang melibatkan hampir empat ratus ribu responden mengenai gaya hidup dan risiko Covid-19 menunjukkan semakin tinggi skor gaya hidup maka  semakin meningkat risiko terserang Covid-19. Gaya hidup yang semakin buruk, seperti sering merokok, kurang atau tidak pernah melakukan aktivitas fisik, minum alkohol dalam jumlah banyak, dan obesitas ternyata meningkatkan risiko terserang Covid-19. Dengan demikian, pesan-pesan yang selama ini sudah disampaikan kepada masyarakat tentang pola hidup sehat ternyata bisa berdampak pada penurunan risiko infeksi Covid-19.

Apabila melihat beberapa penelitian mengenai populasi rentan, terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan orang rentan terdapat infeksi Covid-19, diantaranya, pertama, obesitas. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa orang dengan obesitas memiliki risiko antara 1.3 hingga 7.36 kali lipat lebih berisiko terkena Covid-19. Hal ini tergantung pada spektrum obesitas itu sendiri dan apakah terdapat penyakit penyerta lainnya, seperti diabetes dan lainnya. Kedua, hipertensi. Orang dengan hipertensi memiliki risiko 2.2 kali lebih besar meninggal akibat Covid-19 dan berisiko 2 kali lebih besar terkena kasus serius Covid-19. Ketiga, diabetes. Orang dengan riwayat diabetes kemungkinan berisiko 2.1 kali lebih besar meninggal akibat Covid-19 dan berisiko 2.5 kali lebih besar mengalami kasus serius Covid-19. Keempat, cardiovascular diseases (CVDs). Pasien dengan CVDs berisiko meninggal karena Covid-19 hampir 5 kali lebih besar. Data-data tersebut merupakan pesan yang penting untuk mengendalikan faktor risiko. Orang dengan penyakit penyerta akan semakin rentan terserang Covid-19.

American Heart Association menyatakan bahwa kita harus berusaha mengendalikan tekanan darah tersebut meskipun tidak berdampak secara langsung terhadap infeksi Covid-19. Akan tetapi menurut data-data epidemiologis, seseorang dengan hipertensi yang minum obat anti hipertensinya, maka risiko mengalami kasus Covid-19 yang parah akan menurun. Penting sekali bahwa mengendalikan tekanan darah tidak hanya obat saja, tetapi juga asupan gizi”, jelas Perdana.

Terdapat The DASH Diet (Dietary Approaches to Stop Hypertension) untuk tekanan darah yang sehat, yaitu prinsipnya mengonsumsi lebih banyak kalium, dan menurunkan konsumsi natrium, lemak jenuh, dan kolesterol. Hal ini adalah pesan secara umum, apabila ingin mengetahui kebutuhan individu maka perlu konsultasi. Menurutnya pemberian diet garam secara restriktif juga akan berbahaya. Dalam memberikan anjuran diet jumlah garam yang dikonsumsi, sebaiknya sesuai dengan kondisi masing-masing individu, karena akan berbahaya apabila terlalu tinggi atau terlalu rendah.

Selain hipertensi, obesitas juga memengaruhi risiko infeksi Covid-19. Berat badan ideal menurunkan risiko Covid-19. Hal ini terjadi karena penderita obesitas seringkali mengalami defisiensi mikronutrien karena asupan yang tidak adekuat serta perubahan metabolisme dan eksresi. Aspek yang penting dan perlu diperhatikan yaitu kualitas makanan yang dikonsumsi, tidak hanya kuantitasnya saja. Selain itu juga waktu makan. Hasil penelitian menyebutkan, tidak disarankan makan pada waktu malam. Penelitian terbaru pada Mei 2020 mengenai Indeks Massa Tubuh (IMT) dari 20 hingga 40, juga menunjukkan  semakin tinggi IMT maka risiko semakin meningkat.

“Selain menjaga kualitas asupan makanan, kita juga harus tetap menjaga aktivitas fisik dengan berolahraga”, tegas Perdana. Menurutnya, pada kondisi saat ini dimana banyak orang bekerja dari rumah, dengan aktivitas fisik yang minimal seperti duduk selama berjam-jam di depan komputer/laptop, praktis aktivitas fisik minim sekali dilakukan. Beberapa rekomendasi untuk olahraga dirumah, yaitu pilates, yoga, dancing, senam, dan strength training. Apabila olahraga di luar rumah, tetap perlu menerapkan protokol kesehatan, seperti menjaga jarak dan mencari tempat yang kira-kira tidak  banyak orang beraktivitas. Misalnya jalan-jalan, jogging, lari, dan bersepeda. Tidak dianjurkan berolahraga yang melibatkan kontak fisik dengan orang lain, seperti basket, sepak bola, dan bola voli.

Harapannya, ulasan perspektif gizi dapat membantu masyarakat dalam meningkatkan status gizi dan secara tidak langsung meningkatkan imunitas. Yang paling penting adalah memenuhi kebutuhan kalori sesuai kondisi masing-masing orang. Pemenuhan rasio protein, lemak, dan karbohidrat juga disesuaikan dengan masing-masing orang. (Vania Elysia/Reporter)

Berita Terbaru