PENELITIAN FK UGM DENGAN KOBE UNIVERSITY

Sejak tahun 2014, Bagian Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran UGM / RSUP Dr. Sardjito telah mengadakan kolaborasi penelitian dengan Kobe University Jepang dalam bidang Penyakit Atrial Septal Defect – Pulmonary Hypertension (ASD-PH). Kolaborasi penelitian ini didanai oleh dua sumber hibah yaitu DIKTI dari Pemerintah Indonesia dan JSPS dari Pemerintah Jepang yang direncanakan selama tiga tahun (2014 – 2017). Beberapa kegiatan telah dilakukan dalam rangka kolaborasi penelitian ini, baik di Indonesia maupun di Jepang. Tim peneliti dari Indonesia diketuai oleh dr. Lucia Krisdinarti, SpPD, SpJP(K) yang pada bulan Agustus ini menjadi tuan rumah pada kunjungan rutin dalam rangka kolaborasi setelah pada bulan Februari 2015 silam tim peneliti FK UGM berkunjung ke Kobe, Jepang. Tim peneliti dari Kobe University dipimpin oleh Professor Noriaki Emoto yang merupakan salah satu ahli pulmonary hypertension di Jepang.

Atrial septal defect (ASD) merupakan penyakit jantung bawaan, yaitu penyakit jantung yang terjadi akibat bawaan dari lahir, yang ditandai oleh adanya lubang pada dinding sekat antara serambi jantung kanan dan kiri. Pada janin, dinding sekat ini mempunyai lubang yang menghubungkan antara serambi jantung kanan dan kiri. Pada orang normal, pada saat bayi lahir lubang pada dinding sekat ini sudah mengalami penutupan. Namun, pada penderita ASD, lubang ini masih terbuka sejak lahir sehingga terjadi hubungan antara serambi jantung kanan dan kiri. Akibat adanya lubang ini, maka darah dari serambi jantung kiri akan menyeberang melalui lubang ini menuju ke serambi jantung kanan yang mempunyai tekanan lebih rendah dan diteruskan ke paru-paru. Apabila lubang ini dibiarkan saja maka lama kelamaan akan terjadi peningkatan tekanan di pembuluh darah paru-paru yang disebut pulmonary hypertension (PH). Penderita ASD yang mengalami PH perlu memperoleh obat-obatan untuk menurunkan tekanan yang tinggi di paru-parunya , sehingga bisa hidup dengan kualitas hidup yang baik.

Di negara Jepang, deteksi dini penyakit jantung bawaan sudah dimulai sejak dalam kandungan dan diteruskan mulai dari bayi, anak TK, SD, SMP dan sampai SMA. Semua anak Jepang telah menjalani deteksi dini dengan peralatan yang sederhana sampai yang canggih, sehingga hampir semua penyakit jantung bawaan, termasuk ASD, dapat diketahui sejak masa kanak-kanak. Apabila telah diketahui adanya penyakit jantung bawaan selama deteksi dini ini, maka dilakukan operasi koreksi atau penutupan defek dan anak tersebut dapat hidup normal seperti anak-anak yang lain sampai dewasa. Keberhasilan program deteksi dini di Jepang ini mencapai 99-100 %. Sampai saat ini, sangat jarang ditemukan ASD pada orang dewasa di negara Jepang karena keberhasilan program deteksi dini.

Di Indonesia, deteksi dini penyakit jantung bawaan belum ada. Akibatnya, pasien dengan ASD tidak diketahui pada saat masa kanak-kanak dan akan berlanjut hingga usia dewasa dan muncul gejala-gejala komplikasi. Di Rumah Sakit Dr. Sardjito, sampai tahun 2015 ini, terdapat sekitar 300 penderita ASD usia dewasa yang dirawat secara rutin. Pengumpulan registri ASD-PH yang dimulai sejak 2012 oleh tim peneliti FK UGM / RSUP Dr. Sarjito menunjukkan bahwa sebagian besar pasien ASD tersebut sudah mengalami PH, sehingga operasi penutupan lubang lebih sulit dilakukan. Para pasien ASD-PH ini menjalani pengobatan rutin dengan obat-obatan yang bertujuan menurunkan tekanan tinggi di paru-paru.

Dalam kolaborasi penelitian ASD-PH antara Bagian Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran UGM / RSUP Dr. Sardjito dengan Kobe University Jepang ini, Profesor Noriaki Emoto dan timnya yang terdiri dari Dr. Kazuhiko Nakayama, PhD dan Miss Yoko Suzuki, MPharm, memaparkan sistem deteksi dini di Jepang dan kemungkinan penerapannya di Indonesia. Pilot project deteksi dini penyakit jantung bawaan dilakukan di SD Kanisius Notoyudan, pada tanggal 4 Agustus 2015. Dalam pilot project yang melibatkan para residen PPDS Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah FK UGM, berhasil dilakukan pemeriksaan fisik dan EKG pada 68 siswa-siswi SD kelas 4,5 dan 6. Dalam kunjungannya pada acara pilot project tersebut, Profesor Emoto sangat terkesan akan sambutan meriah dari para murid dan guru serta komite sekolah dan optimis bahwa sistem deteksi dini ini bisa diterapkan di Yogyakarta. Peneliti utama Fakultas Kedokteran UGM, dr. Lucia Krisdinarti, SpPD, SpJP(K), memaparkan tentang sistem registri pasien ASD-PH dewasa di RSUP Dr. Sardjito dan pengalaman merawat pasien dengan ASD-PH tersebut serta menegaskan pentingnya deteksi dini untuk bisa diterapkan di Indonesia. Pada tanggal 5 Agustus 2015, Profesor Noriaki Emoto dan tim menghadiri acara konferensi bedah yang dihadiri para staf, residen dan tamu undangan di ruang konferensi ICCU RSUP Dr. Sardjito yang membahas tatalaksana kolaboratif pasien ASD dan memberikan kuliah tamu dengan topik sistem deteksi dini penyakit jantung bawaan di Jepang. Pada hari yang sama, diadakan sarasehan pasien-pasien dengan ASD-PH yang terdaftar dalam registri ASD-PH dewasa dengan tim peneliti ASD-PH dan pimpinan RSUP DR. Sardjito. Acara yang berlangsung di Gedung Rawat Jalan RSUP Dr. Sardjito ini disambut antusias oleh para pasien registri ASD-PH dan juga dihadiri oleh pengurus Perkumpulan Hipertensi Paru Indonesia yang datang khusus dari Jakarta. Dalam sarasehan ini, tim peneliti Kobe University memaparkan perkembangan terapi obat-obatan terkini di Jepang untuk penderita ASD-PH dan menekankan pentingnya deteksi dini sejak masa kanak-kanak.

Dalam kunjungannya selama 2 hari ini, Profesor Emoto mengharapkan kolaborasi penelitian yang lebih luas lagi dengan mencakup pelaksanaan sistem deteksi dini penyakit jantung bawaan di Yogyakarta pada anak-anak usia SD. Kedua tim peneliti sepakat untuk bersama-sama membuat sistem deteksi dini yang akan mulai diterapkan di Yogyakarta. Di akhir kunjungannya, Profesor Emoto mengundang tim peneliti FK UGM untuk mengadakan kunjungan balasan ke Jepang pada Februari 2016 yang bertepatan dengan acara konferensi penyakit jantung bawaan se-Jepang di Osaka, dan direncanakan membawakan presentasi tentang hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan.(Sumber: Anggoro Budi Hartopo)

Berita Terbaru