Andil FK UGM dalam Pengembangan Occupational Health?

Yogyakarta – “Occupational Health dalam lima tahun ke depan menjadi isu krusial bagi Indonesia”, demikian estimasi Dr Lailana Dorley Purvis, praktisi konsultan dan advisor yang juga menjabat sebagai Direktur Medis lembaga konsultan Occupational Health (OH) di Eropa. Lailana mengemukakan perkiraan tersebut dalam diskusi bahasan pengembangan OH bersama klinisi dan staf dosen keperawatan, gizi kesehatan serta IKM FK UGM yang dimoderatori dr. Awalia Febriana, PhD., SpKK. Indonesia, sebagai negara yang masuk dalam 5 besar populasi terbanyak di dunia (dan negara-negara lain) terus bergerak ke arah industrialisasi dalam berbagai sektor (tambang, transportasi, manufaktur, agriculture) sehingga kesehatan dan kedokteran kerja benar-benar menjadi topik bahasan penting dalam arah kebijakan kesehatan global. Mengutip data BPS Februari 2013, Dr. dr. Astrid Sulistomo, MPH, SpOk menggambarkan situasi terkini di Indonesia dengan 237,6 juta populasi memiliki angkatan kerja 121,2 juta orang dengan lebih dari 70% nya bekerja di sektor informal sehingga mereka belum kuat terlindungi secara legal, termasuk keselamatan dan kesehatan kerjanya. Data BPJS Ketenagakerjaan mencatat angka kecelakaan kerja sebanyak 105.182 kasus hingga akhir 2015, dan kecelakaan kerja yang mengakibatkan kematian tercatat sebanyak 2.375 kasus dari total jumlah kecelakaan kerja. Adapun Occupational Diseases, menurut Astrid yang menjabat sebagai Sekretaris Program Spesialis Kedokteran Kerja serta Ketua Divisi CME-Indonesian Association and College of Occupational Medicine Specialist, hingga saat ini belum ada data nasional yang representatif karena studi tentang masalah kesehatan kerja di Indonesia masih terbatas, dan sumber daya manusia dalam kesehatan kerja pun sangat terbatas. Prevalensi penyakit umum yang masih tinggi di kalangan pekerja Indonesia adalah infeksi dan kurang gizi.

Tren ke depan, layanan kesehatan kerja akan semakin penting sehingga kebutuhan akan profesional kesehatan kerja juga otomatis terus meningkat. Merujuk pada Badan Kesehatan Dunia, OH menangani semua aspek kesehatan dan keselamatan di tempat kerja dan memiliki fokus yang kuat pada pencegahan bahaya primer. Komponennya sangat luas lintas disiplin meliputi occupational medicine, occupational health nursing, kesehatan industri, ergonomi, toksikologi industri serta psikologi industri. Regulasi nasional yaitu Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara No.5 Tahun 2016 menyatakan bahwa penyakit akibat kerja direkomendasikan oleh dokter okupasi berdasarkan hasil diagnosis sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sementara dokter spesialis okupasi (SpOk) baru ada sekitar 180 orang, dokter dengan gelar magister kedokteran kerja kurang lebih 460 orang. Kebanyakan penanganan kesehatan kerja masih dilakukan oleh dokter yang mengikuti pelatihan hiperkes 2 minggu plus pelatihan kedokteran okupasi serta dokter dengan gelar magister kesehatan dan keselamatan kerja.

Gambaran di atas makin menguatkan sudah saatnya FK UGM berkontribusi dengan mencetak profesional kesehatan kerja termasuk dokter spesialis okupasi. Berbagai kendala yang pernah dihadapi dan masih harus dilalui oleh FK UGM hanya bisa dijawab melalui komitmen bersama semua pihak dengan satu pemahaman bahwa kesehatan kerja merupakan multidispilin yang harus terintegrasi, tidak perlu berdiri sendiri. Wakil Dekan Bidang Kerja Sama, Alumni dan Pengabdian Masyarakat Dr Mei Neni menggarisbawahi perlu memberikan paparan bagi para alumni lulusan dokter baru untuk lebih mengenal pilihan karir profesional kesehatan kerja khususnya dokter spesialis okupasi. Mei Neni juga sepakat dengan kedua narasumber dan peserta diskusi bahwa FK UGM harus mulai menggerakkan program pengenalan, kampanye propaganda pentingnya peran kesehatan dan kedokteran kerja dalam penanganan kesehatan global. Langkah strategis tentunya dengan menggandeng mitra-mitra industri melalui kesempatan magang bagi mahasiswa dan residen sehnigga bisa terlibat langsung dalam praktik kesehatan kerja di sektor indutri termasuk  mengundang praktisi-praktisi industri sebagai dosen tamu kesehatan kerja. Tak kalah penting, pembentukan pokja kesehatan kedokteran kerja FK UGM untuk menggodok format paling pas dalam kesinambungan kurikulum 2012 kompetensi diagnosis penyakit akibat kerja dengan 7 langkah diagnosis okupasi  (level 4) sehingga bisa terintegrasi dalam studi lapangan kesehatan lingkungan maupun kedokteran olah raga.  Kontribusi FK UGM juga diperlukan untuk memberikan advokasi peningkatan koordinasi antar kementerian dan pemangku kepentingan lainnya terkait regulasi kompetensi profesional OH serta pemberdayaan partisipasi masyarakat.

Selepas diskusi pengembangan Occupational Health, bertempat di Gedung Auditorium FK UGM RK 2, kedua narasumber memberikan kuliah tamu yang dihadiri residen, staf dan mayoritas mahasiswa S2 IKM Minat Kesehatan Kerja. Dr Astrid Sulistomo mengantarkan gambaran Occupational Health in Indonesia, sedangkan Dr Lailana Purvis membedah topik Introduction to Peforming Arts Medicine.  Kedokteran seni pertunjukan diinisiasi tahun 2005 untuk memperdalam dan memperluas minat dan pengetahuan di bidang kedokteran dan pengobatan untuk artis penari dan musisi. Minat ini melibatkan kontak interaktif antara dokter, psikolog, fisioterapis, mahasiswa kedokteran yang berkolaborasi mengatasi risiko kesehatan kerja dalam pertunjukan seni, mulai dari masalah pita suara, risiko kecelakaan kerja di atas panggung hingga risiko kesehatan yang dialami para artis seniman karena latihan rutin dengan gerakan-gerakan berulang yang tidak sesuai dengan anatomi dan ergonomi termasuk solusi bagi para artis seniman tanpa mereka harus berhenti menyanyi, menari dan tetap bisa melakukan seni pertunjukan sesuai profesi mereka.     \sari

Berita Terbaru