Urgensi Hidup Sehat di Era Pembangunan Berkelanjutan

FK-UGM. Adanya pergeseran permasalahan akibat gaya hidup dan perubahan perilaku masyarakat menjadikan upaya promosi kesehatan menjadi program penting untuk mewujudkan masyarakat sehat di era pembangunan berkelanjutan.Data WHO menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan yang dilakukan Indonesia telah berhasil menekan atau bahkan menghilangkan beberapa permasalahan kesehatan masyarakat. Seperti halnya penurunan kematian ibu dan bayi dalam 20 tahun terakhir, permasalahan kekurangan vitamin A pada Balita, poliomielitis, malaria dan beberapa penyakit menular lainnya. Akan tetapi persoalan-persoalan baru seperti persoalan gizi ganda (stunting, wasting sekaligus obesitas), Penyakit Tidak Menular (diabetes mellitus, hipertensi, kanker) yang kesemuanya dikaitkan dengan perubahan perilaku dan gaya hidup individu, kelompok dan masyarakat mulai nampak ke permukaan dalam beberapa tahun terakhir.

Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan ancaman kesakitan dan kematian serta produktivitas seseorang yang berimplikasi terhadap kesehatan masyarakat saat ini. WHO menyebutkan bahwa fenomena ini sebagai “triple threat of disease”. Pada era tahun 1990an, penyebab kematian dan kesakitan terbesar adalah penyakit menular seperti Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), TBC, Diare dan lainnya. Namun sejak tahun 2010, penyebab terbesar kesakitan dan kematian adalah stroke, jantung, dan kencing manis. Dalam hal ini, PTM berkontribusi sebesar 60% dari kematian di dunia per tahunnya, terutama di negara miskin dan negara berkembang. Bahkan, faktor risiko tekanan darah tinggi, obesitas dan penggunaan alkohol pada orang dewasa di Indonesia lebih tinggi daripada rata-rata negara lain di kawasannya.

Berbagai ancaman kesehatan lainnya pun masih belum bisa diselesaikan. Pertama, isu kesenjangan kematian bayi dan anak antar wilayah dan antar tingkat sosial ekonomi di Indonesia pun masih menjadi tantangan. Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) yang dilakukan di seluruh Kabupaten/Kota secara serentak pada bulan Juni – September 2016 menunjukkan prevalensi balita dengan status gizi sangat kurus dan kurus (BB/TB) 11.1 %, balita dengan status gizi sangat pendek dan pendek (TB/U) 27.5% dan Gizi buruk (BB/U) 3.4%.  Kedua, ancaman wabah penyakit menular masih mengakibatkan angka kematian akibat HIV/AIDS (per 100.000 penduduk) tinggi. Ketiga, ancaman penyakit infeksi seperti diare dan pnemonia, komplikasi neonatal dan kekurangan gizi masih menjadi penyebab utama kematian bayi dan anak. Selain itu, angka kejadian malaria terutama di 5 Kawasan Timur Indonesia yaitu Provinsi Papua, Papua Barat, NTT, Maluku dan Maluku Utara masih tinggi.

Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular

Kesehatan di belahan dunia manapun dibentuk oleh beberapa faktor yang saling mempengaruhi yakni: bonus demografi, cepatnya arus urbanisasi, globalisasi serta gaya hidup tidak sehat. Di negara miskin dan negara berkembang, perilaku yang menjadi beban faktor risiko penyakit tidak menular dipengaruhi oleh status sosial ekonomi. Kelompok yang memiliki status sosial ekonomi yang rendah cenderung mengkonsumsi alkohol dan rokok, lebih sedikit mengkonsumsi buah, sayur, ikan dan serat serta lebih banyak makan daging. Status sosial ekonomi yang tinggi cenderung untuk mengkonsumsi lemak, garam dan makanan siap saji serta tidak melakukan aktivitas fisik. Selain itu, penduduk berpenghasilan rendah memiliki prevalensi merokok yang lebih tinggi namun rendah dalam konsumsi alkohol.

Faktor risiko PTM terkait dengan gaya hidup masyarakat mulai mengalami pergeseran. Pertama, kurangnya aktivitas fisik, contohnya banyak menghabiskan waktu dengan menonton TV, bermain game dan terlalu lama di depan komputer. Hal ini dapat menyebabkan faktor risiko kegemukan. Kedua, perubahan pola makan masyarakat di mana terdapat kecenderungan untuk mengkonsumsi makanan olahan, siap saji, tinggi gula, garam dan lemak dan kurang makanan yang berserat seperti buah dan sayur yang bisa mengakibatkan gangguan pencernaan. Ketiga, konsumsi minuman berakohol. Kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol bisa menyebabkan kerusakan organ tubuh dan berisiko kematian. Keempat, Kebiasaan merokok. Merokok dapat menyebabkan bermacam-macam penyakit di antaranya kanker paru-paru, kanker mulut.

Menurut WHO 2013, faktor-faktor utama penyumbang terjadinya PTM antara lain faktor sosial dan faktor perilaku yang sangat terkait dengan budaya. Faktor-faktor tersebut merupakan faktor yang dapat diubah dan dimodifikasi. Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular melalui pendekatan budaya merupakan salah satu upaya yang diharapkan dapat diterima dengan baik karena sesuai dengan pola hidup lokal. Hal ini merupakan area health promotion and specific protection (primary prevention) serta early diagnosis dari promosi kesehatan. Penelitian membuktikan bahwa intervensi perilaku kesehatan berhasil meningkatkan aktivitas fisik dan perilaku diet (yakni: peningkatan konsumsi serat, buah dan sayuran serta pengurangan lemak).

 Membangun Paradigma Sehat

Kesehatan merupakan dimensi utama dari Target Pembangunan Berkelanjutan (TPB). Tujuan 3 TPB sejalan dengan definisi promosi kesehatan yaitu “ensure healthy lives and promote wellbeing for all at all ages”. Sebagaimana disebutkan dalam Permenkes nomor: 74 tahun 2015 tentang Upaya Peningkatan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit, bahwa promosi kesehatan harus dilaksanakan dalam bentuk: (1) pengembangan kebijakan publik yang berwawasan kesehatan; (2) penciptaan lingkungan yang kondusif; (3) penguatan gerakan masyarakat; (4) pengembangan kemampuan individu; dan (5) penataan kembali arah pelayanan kesehatan. Mengapa poin ini ditekankan?. Kesehatan hanya bisa dicapai dengan adanya keterikatan  dan aksi antar sektor melalui strategi pemberdayaan masyarakat, advokasi, dan kemitraan serta didukung dengan metode dan media yang tepat, data dan informasi yang valid akurat, serta sumber daya yang optimal termasuk sumber daya manusia yang professional. Upaya dan strategi tersebut digunakan sebagai alat multiple intervensi perilaku hidup sehat.

Saat ini, Indonesia masih harus menyelesaikan beberapa agenda yang belum terselesaikan (Unfinished Agenda) dalam Millenium Development Goals (MDGs) untuk mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals) 2016-2030. Komitmen tersebut menuntut Indonesia berupaya dengan sungguh-sungguh untuk mencapai target pembangunan berkelanjutan 15 tahun ke depan. Di antaranya adalah mengarahkan masalah gizi pada solusi berkelanjutan, integrasi dengan peningkatan akses pangan dan produksi pertanian, Universal Health Coverage, kematian akibat PTM dan pengendalian tembakau, penyalahgunaan narkotika dan alkohol, kematian dan cedera kecelakaan lalu lintas, kontaminasi dan polusi air, udara, tanah, penanganan krisis dan kegawatdaruratan, kesetaraan gender sebagai cross-cutting issue dan remaja sebagai aktor penting kesehatan seksual dan reproduksi.

Paradigma sehat memposisikan kesehatan sebagai hasil dari aktivitas sehari-hari dan menjadi bagian utama dari suatu gerakan kesehatan masyarakat. Saat ini, paradigma sehat mengedepankan aspek promotif preventif serta memberdayakan masyarakat dalam berperilaku sehat yang dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan serta implementasi program yang komprehensif melalui koordinasi lintas sektor. Prinsip partisipasi dan pemberdayaan sangat penting dalam mensukeskan implementasi program kesehatan masyarakat. Dalam hal ini, upaya promosi Kesehatan menjadi sebuah proses pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan menginformasikan, mempengaruhi dan membantu masyarakat agar berperan aktif untuk mendukung perubahan perilaku dan lingkungan serta menjaga dan meningkatkan kesehatan menuju derajat kesehatan yang optimal. Selain itu, kesuksesan pemerintah (government) dalam pencapaian derajat kesehatan bisa dilihat apabila semua lintas sektor mempertimbangkan kesehatan sebagai elemen kunci dalam penyusunan kebijakan.

Program Healthy Cities  seperti pembangunan taman, ruang terbuka, area hijau dan transportasi umum yang memadai, juga dipandang mampu memberi dampak kesehatan pada masyarakat. Selain itu, pemerintah kini mendorong terwujudnya Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) yang pada intinya ingin mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal melalui suatu tindakan yang sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Proses pembudayaan GERMAS memerlukan keterlibatan aktif seluruh lapisan masyarakat mulai dari individu, keluarga, dunia usaha, organisasi masyarakat, organisasi profesi, maupun para akademisi.

Tantangan utama dari peran promosi kesehatan dalam mewujudkan healthy life style adalah adanya implementation gap atau kurangnya bukti ilmiah yang diimplementasikan, kurangnya bukti aplikasi dari dampak kesehatan suatu kebijakan, dan juga keterbatasan kapasitas pelaksanaan promosi kesehatan di beberapa negara. Dalam pelaksanaannya, promosi kesehatan ternyata seringkali dihadapkan pada hambatan-hambatan sosio-kultural yang ada di masyarakat. Sedangkan dari sisi pemerintah dihadapkan pada prinsip akuntabilitas yakni perhitungan output dari alokasi sumberdaya dan indikator perubahan perilaku yang belum dipahami oleh semua komponen.

Melihat kompleksitas upaya pembudayaan hidup sehat bagi masyarakat, sudah saatnya kampus memiliki tanggung jawab sosial untuk menjadi prime mover, motor sekaligus fasilitas masyarakat sekaligus pemerintah dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat. Peran masing masing profesi pun bisa dimaksimalkan, mulai dari: pertama, menyiapkan konsep/masukan untuk pengembangan kebijakan nasional di bidang kesehatan. Kedua, Memperkuat networking (jejaring dan kemitraan) antara dunia pendidikan, organisasi profesi, dan pemerintah. Ketiga, Melakukan penelitian untuk pengembangan kebijakan dan mewujudkan konsep – konsep dasar terbaru tentang pendekatan kesehatan masyarakat. Keempat, meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan masyarakat sehingga mampu memberdayakan masyarakat. Serta kelima, sebagai kontrol dalam penetapan dan pelaksanaan kebijakan bidang kesehatan masyarakat. (Wiwin/IRO)

Sumber: dr. Anung Sugihantoro, M.Kes, Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementrian Kesehatan RI, Orasi Ilmiah: “Promosi Kesehatan Guna Mewujudkan Gaya Hidup Sehat di Era Agenda Pembangunan Berkelanjutan”, Dies Natalis FK UGM ke-71, 6 Maret 2017.

Orasi Ilmiah Dies Natalis ke-71

Galeri Dies Natalis ke-71

Video Dies Natalis ke-71

Berita Terbaru