Saatnya Mahasiswa CFHC-IPE 2016 Melakukan Pengabdian Masyarakat

FK-KMK UGM. Salah satu kegiatan unggulan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM adalah Community and Family Health Care with Inter-professional Education (CFHC-IPE). Kegiatan CFHC-IPE tersebut diikuti oleh seluruh mahasiswa S1 yang berasal dari tiga program studi yang ada di FK-KMK UGM, baik program reguler maupun international. Kegiatan dilakukan selama 7 semester sejak mahasiswa memasuki semester I. Pada tahun ketiga, mahasiswa diarahkan untuk dapat memberikan intervensi sederhana kepada dasawisma yang menjadi daerah ampuan kelompoknya. Satu kelompok terdiri dari 5 orang mahasiswa yang berasal dari tiga prodi di FK-KMK akan mendampingi satu dasa wisma. Pada tahun ini, sebanyak 80 kelompok mahasiswa angkatan 2016 akan mendampingi 80 dasawisma di Sleman. Kegiatan intervensi tersebut disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan sumberdaya yang tersedia.

Pada hari Sabtu (9/2), telah dilakukan pembekalan mahasiswa CFHC-IPE angkatan 2016. Setelah mengeerjakan pre-tes secara daring melalui gawai masing-masing, mahasiswa memperoleh penjelasan tentang rangkaian kegiatan yang semestinya dilakukan di tahun ini. Penjelasan tersebut dilakukan oleh perwakilan tim Koordinator Tahun 3, Dian Caturini Sulistyoningrum, BSc., MSc. Dian menegaskan pentingnya mahasiswa membuat planning of action (POA) yang didasarkan pada permasalahan yang ada di dasawisma ampuan dengan konsultasi kepada Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) dan Instruktur Lapangan (IL) CFHC-IPE. Selain itu, ditegaskan juga bahwa laporan mahasiswa dibuat dalam bentuk video. Sebelumnya, Ketua I CFHC-IPE, dr. Widyandana, MPHE, Ph.D, Sp.M., membuka acara tersebut dengan menekankan pentingnya keberlanjutan program CFHC-IPE. Dengan demikian, kegiatan tahun ketiga yang berupa pengabdian masyarakat ini dapat berdampak luas bagi masyarakat. Selain itu dr. Widyandana juga memberikan dorongan agar mahasiswa dapat aktif dalam seluruh rangkaian kegiatan CFHC-IPE.

Selanjutnya, mahasiswa mendapat kesempatan memperoleh paparan tentang gambaran permasalahan kesehatan di masyarakat Sleman dan potensi yang dimiliki masyarakat berkaitan dengan permasalahan kesehatan masyarakat tersebut. Drs. Pranama, M.Si selaku Kepala Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pemerintahan, BAPPEDA Sleman, mencontohkan angka kasus balita stunting di Kabupaten Sleman yang mencapai 15% dan sebagaian besar terjadi di wilayah Sleman barat. Kondisi tersebut, tentu saja mendorong perlunya edukasi mengenai pentingya pemantauan tumbuh kembang balita. Selain itu kasus perceraian di Sleman juga relatif, dan yang menyedihkan adalah tingginya angka perceraian yang terjadi pada keluarga yang usia pernikahannya kurang dari 25 tahun. Tentu saja hal tersebut memerlukan intervensi khusus untuk penguatan keluarga. Masalah perceraian, juga akan berdampak pada kualitas kesehatan anggota keluarga tersebut, sehingga mestinya menjadi perhatian bersama. Selain itu, Pranama juga banyak memaparkan tetang potensi masyarakat Sleman, terkait terkait dana desa yang cukup besar yang dimiliki masyarakat Sleman dan sebenarnya dapat dialokasikan untuk program kesehatan.

Mahasiswa CFHC-IPE, telah berinteraksi dengan keluarga dan masyarakat sejak tahun pertama kuliah. Meskipun demikian, kegiatan melakukan intervensi ke masyarakat dengan unit dasa wisma ini juga bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Oleh karenanya, setelah memperoleh gambaran tentang permasalahan dan potensi masyarakat Sleman, Dr. Supriyati, S.Sos., M.Kes dari Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan, dan Kedokteran Sosial FK-KMK UGM, menjelaskan tenatng perlunya melakukan need assessment sebelum kegiatan intervensi dilakukan. Proses need assessment ini diharapkan dapat memunculkan program yang lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan mendorong tumbuhnya partisipasi masyarakat. Supriyati menegaskan bahwa kegiatan yang dilakukan tidak selalu berbentuk penyuluhan karena permasalahan yang ada di masyarakat tidak hanya terbatas pada pengetahuan. Upaya untuk mengubah atau memperbaiki perilaku masyarakat dapat dilakukan melalui rekayasa lingkungan. Oleh karenanya, upaya menggandeng masyarakat sasaran dan kolaborasi menjadi sangat penting untuk dilakukan. Tentu saja hal tersebut dilakukan dengan bimbingan DPL, dan IL serta disesuaikan dengan kemampuan dan ketersediakan waktu mahasiswa CFHC-IPE tahun ketiga ini. (Tim tahun III CFHC IPE/Kontributor; Foto: dok. Tim)

Berita Terbaru