Risiko Kehamilan pada Remaja

FK-UGM. Jumlah remaja yang melahirkan sebesar 95% atau + 7,3 juta kasus terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Sebanyak 2 juta diantaranya berusia di bawah 15 tahun, sedangkan 3,2 juta remaja 15-19 tahun mengalami aborsi tidak aman. Berdasarkan data BKKBN tahun 2013, angka remaja yang meninggal akibat kehamilan dan kelahiran sebanyak 70.000 jiwa. Populasi remaja di Indonesia adalah 18,33% dari seluruh jumlah penduduk di Indonesia (BPS, 2010). Remaja yang dimaksud menurut definisi WHO adalah seseorang yang berusia muda pada usia 10-19 tahun.

Kelahiran pada remaja juga memberikan risiko kematian ibu yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan usia 20-30 tahun. Angka kelahiran pada remaja memberikan kontribusi 11% dari total kematian maternal di dunia. Remaja berisiko melakukan tindakan aborsi yang tidak aman dan kematian serta lebih dari 65% remaja mengalami fistula pada organ reproduksi akibat komplikasi persalinan. Selain itu juga berisiko mengalami infeksi menular seksual (IMS) akibat perilaku seksual yang tidak terkontrol dan rentan terhadap HIV-AIDS. Remaja perempuan memiliki prevalensi lebih tinggi dari pada remaja laki-laki.

Pada tahun 2009, remaja usia 12-24 tahun sebanyak 41% terhitung baru saja terinfeksi HIV dan diestimasi terdapat 5 juta yang orang muda usia (15-25 tahun) yang hidup dengan HIV. Pengetahuan remaja tentang IMS dan HIV-AIDS masih sangat rendah, dan remaja yang datang untuk menjalani pemeriksaan penyakit ini masih sangat jarang.

Sekolah memiliki andil yang besar dalam intervensi pencegahan kehamilan pada remaja dan upaya pencegahan agar remaja tidak melakukan perilaku seksual pranikah. School health nursing atau school nursing atau perawatan kesehatan sekolah belum lazim didengar di Indonesia. Council on School Health mendefinisikan seorang perawat kesehatan sekolah sebagai seorang praktisi profesional keperawatan yang bertugas memfasilitiasi respon positif perkembangan anak atau remaja, melakukan promosi kesehatan dan keselamatan, memberikan intervensi masalah kesehatan actual dan potensial pada remaja, melakukan kolaborasi aktif dengan pelayanan kesehatan lain untuk membangun kapasitas anak atau remaja dan keluarga untuk beradaptasi, manajemen diri sendiri, advokasi diri dan belajar.

Dalam disertasinya, Dr. Wenny Artanty Nisman, S.Kep., M.Kes yang merupakan Dosen prodi Ilmu Keperawatan melibatkan 16 guru, 13 orangtua, dan 19 siswa/siswi. Penelitian yang berjudul “Model Intervensi Pelayanan di Sekolah dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja” berhasil meraih predikat cumlaude dalam ujian Doktor di Fakultas Kedokteran UGM. Hasil penelitian ini efektif meningkatkan perilaku remaja, khususnya perilaku pacaran yang sehat, perilaku mengatakan tidak untuk seks pranikah dan perilaku pengambilan keputusan remaja utnuk mencegah seks pranikah, dalam upaya pendidikan kesehatan reproduksi remaja. Model ini dapat menjadi model bagi puskesmas untuk menghidupkan program pelayanan kesehatan di sekolah.

Wenny merupakan Doktor ke-293 di Fakultas Kedokteran UGM dan ke-3.637 se-UGM, bertindak sebagai promotor yaitu Dra. RA. Yayi Suryo Prabandari, M.Si., Ph.D, Dosen di Fakultas Kedokteran UGM. (Dian/IRO)

Sumber: Disertasi dengan judul “Model Intervensi Pelayanan di Sekolah dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja” oleh Wenny Artanty Nisman, Fakultas Kedokteran UGM, 2016.

Berita Terbaru