Penyakit Artritis Reumatoid Menyebabkan Depresi

FK-UGM. Pasien dengan penyakit Artritis Reumatoid memenuhi kriteria diagnostik untuk depresi dan cemas. Disabilitas fungsi sehari-hari dan depresi terbukti mempengaruhi kualitas hidup pasien artritis reumatoid. Artritis Reumatoid atau Radang Sendi merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi. Seiring waktu, peradangan ini bisa menghancurkan jaringan persendian dan bentuk tulang. Efek dari kondisi ini akan membatasi aktivitas keseharian, seperti sulit untuk berjalan dan menggunakan tangan.

Kurang lebih sebanyak 30% pasien artritis rheumatoid dalam 5 tahun muncul gejala depresi. Tahun 2000-2004, dilakukan penelitian penelitian di Inggris yang menjelaskan bahwa didalam perjalanan artritis rheumatoid terdapat perkembangan gangguan psikologis yang cukup besar. Gangguan depresi yang muncul dipengaruhi oleh kombinasi faktor kesulitan sosial yang kronis. Pasien artritis rheumatoid yang mengalami disabilitas fungsional dan depresi akan meningkatkan rasa nyeri akibat artritis dibandingkan dengan pasien yang menderita artritis saja.

Secara umum disampaikan oleh Dr. dr. Ronny Tri Wirasto, Sp.KJ dalam ujian promosi doktor di Fakultas Kedokteran UGM, terdapat dua faktor yang berperan dalam terjadinya depresi pada artritis rheumatoid yaitu faktor sosial individu danta status biologis dari penyakit itu sendiri. dr. Ronny memperoleh predikat sangat memuaskan dalam disertasinya yang berjudul “Terapi Visual Persepsi Kognitif dalam Menurunkan Skor Depresi pada Pasien Artritis Reumatoid” di ruang Bulaksumur Hotel Universitas Club (16/8).

Dalam penelitiaannya dipaparkan faktor sosial terutama ekonomi menjadi faktor yang sangat berpengaruh pada depresi pasien artritis rheumatoid, terutama pasien yang mengalami keterbatasan gerak akibat penyakit tersebut, bahkan hampir ¾ mengalami gejala depresi. Depresi menyebabkan gejala artritis rheumatoid semakin memburuk, prevalensi depresi meningkat pada usaia yang lebih muda.

Melalui penelitian Doktor ke-3.671 se-UGM dapat disimpulkan bahwa penelitiannya yang menggunakan metode terapi visual persepsi kognitif mampu menurunkan skor depresi pada pasien artritis rheumatoid, menurunkan skor depresi lebih besar dibandingkan dengan cognitive behavioral therapy, serta mampu memperbaiki kualitas hidup domain psikologis. Namun demikian dalam penelitian bimbingan Prof. Dr. dr. Nyoman Kertia, Sp.PD-KR dari Fakultas Kedokteran UGM terapi ini tidak berpengaruh terhadap nyeri, kadar brain-derived neurotrophic factor, kadar tumor necrosis factor alpha dan serotonin serum pada pasien artritis rheumatoid. (Dian/IRO)

Berita Terbaru