Pengendalian Penyakit Arbovirus di Indonesia : Dengue, Chikungunya, atau Zika

Sekitar kurang lebih 120 orang yang berasal dari kalangan praktisi klinis, dosen, pemegang kebijakan di lingkup kabupaten dan provinsi serta mahasiswa pascasarjana baik internal maupun eksternal fakultas kedokteran penuh antusiasmemadati Ruang Teather Perpustakaan Fakultas Kedokteran UGM pada Sabtu, 25 Maret 2015. Salah satu event Annual Scientific Meeting (ASM) yang merupakan rangkaian kegiatan DIES NATALIS ke-71 Fakultas Kedokteran ini diprakarsai oleh Pokja Dengue dengan mengangkat tema Tantangan Baru Pengendalian Penyakit Arbovirus di Indonesia : Dengue, Chikungunya, atau Zika.

Prof. dr.Supargiyono, DTM & H.,SU.,PhD.,Sp.ParK selaku Ketua Board Pusat Kedokteran Tropis menyampaikan bahwa pentingnya memahami diferensiasi dari penyakit arbovirus yang sangat familiar di negara tropis khususnya Indonesia akan mengefektifkan upaya pengendalian vektor dan penegakan diagnosis dari ketiga penyakit yang tergolong vectorborne disease ini. Sambutan sekaligus pembukaan oleh Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada yang dalam hal ini disampaikan oleh dr. Mahardika Agus Wijayanti, M.Kes turut serta menyampaikan urgensi tingkat pemahaman mengenai sistem surveilans dan kewaspadaan penyakit dengue, chikungunya dan zika sebagai pendekatan dalam pengendalian penyakit arbovirus di Indonesia. dr. Dika, begitu beliau sering disapa, mengatakan bahwa seminar setengah hari yang diadakan dalam serangkaian event untuk memperingati HUT ke-5 Rumah Sakit UGM dan HUT ke-35 RSUP Dr. Sardjito ini akan menghadirkan pembicara-pembicara yang sangat handal di bidangnya.

dr. Citra Indriani staff departement Biostatistik, Epidemiologi dan Kesehatan Populasi memaparkan mengenai trias epidemiologi terkait arbovirus mulai dari pengaruhnya terhadap kesehatan masyarakat, transmisi penularan, distribusi global, hingga tantangan dalam pengendalian virus pembawa penyakit dengue, chikungunya dan zika ini. Dosen FETP yang sering menangani kasus outbreak di lapangan ini menuturkan bahwa terdapat 4 famili utama dari golongan arbovirus yakni Flaviviridae, Togaviridae, Bunyaviridae, dan Reoviridae yang sangat patogen pada manusia karena ketika virus ini ditularkan oleh nyamuk maka akan menimbulkan penyakit dengan disease of burden yang tinggi di dunia seperti Dengue, Chikungunya, Zika, Yellow Fever, Japanese Encephalitis dan masih ditemukan beberapa mosquito-borne disease lainnya.

Pentingnya strategi pengendalian serta penguatan sistem surveilans dan kewaspadaan dini terhadap penyakit arbovirus dikupas secara mendalam oleh perwakilan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik (P2PTVZ), dr. Iswandi yang juga merupakan alumni dari FETP Fakultas Kedokteran UGM. Semakin kompleks nya faktor resiko suatu penyakit bersumber nyamuk yang disertai adanya perkembangan agent penyakit menuntut semua sektor untuk dapat menurunkan kejadian kasus di masyarakat dengan cepat, akurat dan transparan. Hal inilah yang yang melatarbelakangi adanya pengendalian vektor terpadu (PVT) berbasis One Health yang harus mengutamakan kesehatan manusia, kesehatan hewan dan kesehatan lingkungan. Pembudayaan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) 3M Plus yang dikolaborasikan dengan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik oleh masyarakat dari lingkup terkecil di wilayah tempat tinggalnya merupakan salah satu strategi pengendalian sederhana dalam prioritas program bidang Pengendalian Penyakit Arbovirus. Karena secara mendasar, dr. Is, begitu sapaan akrab beliau menuturkan bahwa untuk dapat memberantas penyakit bersumber nyamuk ya hanya tinggal mengendalikan populasi jentik dan nyamuknya. Prioritas program lain dari P2PTVZ yakni penguatan sistem surveilans sentinel arbovirus (S3A) untuk mengetahui sirkulasi serotype virus dengue dan deteksi arbovirus lainnya.

Pada sesi kedua mengupas secara mendalam perkembangan teknologi diagnosis untuk arbovirus. Pendekatan molekuler menjadi pengembangan terbaru dalam upaya diagnosis dengue, chikungunya dan zika karena ketiganya memiliki spesifikasi titer antibodi tersendiri dalam tubuh manusia. Kemajuan teknologi molekuler bidang kesehatan tidak hanya untuk kepentingan diagnostik, melainkan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan vaksin. Salah satu diantaranya pengembangan vaksin. Perhatian dunia terhadap pengembangan vaksin dengue dan hasil-hasil uji coba terhadap efektifitas vaksin dengue dipaparkan secara komprehensive termasuk kelemahan dan kekurangan dari perkembangan vaksin ini di Indonesia. Penggunaan dosis vaksin dengue yang diulang setiap 6 bulan akan efektif mengurangi kejadian dengue pada anak usia 9-16 tahun. Diskusi panel sesi kedua disempurnakan dengan topik yang diangkat oleh dr. Ida Safitri, Sp.A mengenai penegakan diagnosis klinis praktis infeksi arbovirus. Memahami perbedaan untuk setiap manifestasi klinis dari masing-masing penyakit arbovirus menjadi kunci penting dalam penegakan diagnosis dengue, chikungunya ataupun zika. (Fitria/Reporter)

Berita Terbaru