Peneliti FKKMK Berhasil Mengembangkan Vaksin Rotavirus

FKKMK-UGM. Tim peneliti Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM berhasil mengembangkan vaksin rotavirus RV3-BB. Hasil penelitian dalam pengembangan vaksin ini dinyatakan mampu menurunkan kerentanan bayi terhadap infeksi diare.

Diare merupakan salah satu penyebab utama penyakit dan kematian anak. Sedangkan rotavirus adalah penyebab paling banyak dari diare yang bersifat berat. Secara global, rotavirus menyebabkan sekitar 25 ribu kematian pada anak usia di bawah 5 tahun (balita). Anak-anak di Indonesia terus menghadapi bahaya dari gastroenteritis rotavirus ini. Penyakit tersebut diestimasi menyebabkan 10 ribu kematian anak. Lebih dari 200 ribu rawat inap dan hampir 600 ribu rawat jalan untuk kejadian pada anak balita di Indonesia per tahun.

Tim peneliti FKKMK mengembangkan uji klinik daya guna yang dilakukan pertama kalinya di Indonesia. Vaksin RV3-BB dberikan kepada bayi-bayi pada lima hari pertama usianya. Vaksin rotavirus yang saat ini telah beredar hanya dapat diberikan kepada bayi yang berusia lebih dari 6 minggu, sehingga bayi-bayi yang baru lahir masih rentan terhadap infeksi rotavirus.

“Penelitian ini melibatkan 25 puskesmas dan rumah sakit dari Kabupaten Klaten, Jawa Tengah dan Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Bayi-bayi pada penelitian ini diikuti hingga usia 18 bulan. Follow-up penelitian ini berhasil dengan tingkat penyelesaian studi yang sangat tinggi (lebih dari 96 persen)” kata peneliti utama, dr. Jarir At Thobari, D.Farm., Ph.D, Kamis (23/2) saat menggelar jumpa pers di gedung Grha Wiyata FKKMK UGM.

Vaksin oral diberikan dalam tiga dosis tunggal. Dosis pertama diberikan pada usia bayi kurang atau sama dengan lima hari. Sejumlah kecil cairan dimasukkan ke dalam mulut bayi untuk memberikan perlindungan terhadap gastroenteritis rotavirus berat. Hasil dari penelitian yang diterbitkan New England Journal of Medicine, ini telah menemukan bahwa setelah tiga dosis RV3-BB diberikan saat lahir, terdapat 94 persen bayi terlindungi di tahun pertama hidupnya terhadap gastroenteritis rotavirus akut, dan 75 persen dari bayi terlindungi hingga usia 18 bulan. Hal ini berarti bahwa, uji klinik yang melibatkan 1.649 bayi menunjukkan penurunan gastroenteritis rotavirus berat pada bayi.

Prof. Dr. S. Yati Soenarto, PhD., SpA(K), selaku ketua regional pada berbagai penelitian gastroentrologi anak-anak dan penelitian rotavirus di Indonesia, menunjukkan bahwa rotavirus merupakan penyebab dari kebanyakan infeksi diare yang mengakibatkan bayi dan anak Indonesia menjalani rawat inap.

“Dengan memulai vaksinasi dari lahir, kita dapat memberikan perlindungan kepada bayi-bayi dari penyakit rotavirus pada usia tiga bulan. Setelah itu, bayi-bayi terkadang luput dari kesempatan vaksinasi selanjutnya, ketika risiko mereka terhadap penyakit rotavirus berat sangat tinggi. Kami sangat berterimakasih pada seluruh Tim Uji Klinik RV3-BB atas segala kerja kerasnya untuk kesuksesan penelitian ini,” ujarnya.

World Health Organization telah merekomendasikan semua anak-anak menerima vaksin rotavirus, namun 94 juta bayi-bayi masih tidak memiliki akses kepada vaksin. Dalam upaya untuk membuat vaksin rotavirus lebih terjangkau untuk bayi-bayi di seluruh dunia, Murdoch Children’s Research Institute (MCRI) berusaha untuk melisensi RV3-BB kepada manufaktur-manufaktur untuk memproduksi vaksin pada skala besar dan harga terjangkau. MCRI telah bekerja dengan manufaktur vaksin Indonesia Bio Farma untuk mendapatkan lisensi dan memproduksi vaksin RV3-BB. “Harapannya, vaksin ini bisa masuk dalam Program Imunisasi Nasional (PIN) nanti di tahun 2020,” pungkas dr. Jarir. (Wiwin/IRO; Foto: dok. tim peneliti)

Berita Terbaru