Menuju Indonesia Sehat

1

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah skala pengukuran modern yang digunakan sebagai indikator untuk menilai perkembangan kualitas manusia di suatu negara. Kualitas manusia merupakan persoalan yang yang kita hadapi saat ini. Bangsa yang dihuni rakyat yang sehat dan terdidik merupakan ukuran pencapaian sekaligus tiang penopang tegaknya peradaban yang agung. Dalam perkembangan modern, keduanya menjadi variable kunci dalam menilai kualitas suatu bangsa.

Indonesia sehat adalah sebuah keharusan jika menjadi bangsa dengan peradaban adiluhung adalah asa cita-cita kedepan. Sebuah bangsa yang sehat adalah bangsa yang tiap-tiap individu dan masyarakatnya hidup sehat. Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya maka pembangunan di bidang kesehatan perlu diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat setiap orang. Hal ini dilakukan sebagai investasi bagi pembangunan manusia yang produktif secara sosial ekonomis.

IPM mencerminkan kualitas manusia karena pendekatan yang digunakan mengandung tiga dimensi dasar, yaitu umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan penghidupan yang produktif dan layak. Tahun 2015 IPM Indonesia tergolong rendah bila dibandingkan dengan beberapa negara maju dan ASEAN mencapai angka 0.68. Angka ini berada di peringkat 110 dari 188 negara.

Salah satu indikator untuk menilai kualitas manusia yang digunakan United Nation Development Programme (UNDP) adalah sehat dan umur panjang. Artinya untuk menilai manusia sehat dapat dinilai dari umurnya dan dapat dicermati dari Angka Harapan Hidup (AHH). Tahun 2015, AHH Indonesia mencapai 69 tahun. Berdasarkan data UNDP tahun 2015, negara-negara dengan AHH tertinggi adalah Hongkong, diikuti oleh Jepang, Italia. Di Indonesia sendiri, provinsi dengan AHH tertinggi adalah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (75 tahun), sedangkan AHH terendah di provinsi Indonesia Timur.

Tahun 2011 ibu hamil yang menderita anemia mengacapai 29,6%. Ini akan berpengaruh tidak hanya pada kesehatan ibu tetapi juga pada kesehatan janin yang akan dilahirkan. Anemia merupakan salah satu penyebab berat badan bayi rendah saat lahir. Angka Kematian Bayi (AKB) neonatal tahun 2012 menunjukkan janin yang lahir kemudian mati sebanyak 19 per 1.000 kelahiran. Janin lahir yang tercatat dengan berat badan lahir rendah sekitar 10,2%. Sedangkan pada tahun 2015 bayi yang dilahirkan kemudian meninggal tercatat 26 per 1.000 kelahiran hidup. AKB tidak hanya dapat dipakai untuk mencerminkan kesehatan dan pengetahuan ibu tetapi juga mencerminkan kesejahteraan keluarga (gizi) dan kondisi lingkungan kehidupan masyarakat. AKB tertinggi di Provinsi Sulawesi Barat (51) dan terendah di Provinsi D.I. Yogyakarta (13).

Setelah lahir, bayi yang luput dari kematian dihadapkan dengan masalah kekurangan gizi. Stunting adalah kegagalan seseorang untuk mencapai tinggi badan sesuai potensi genetiknya. Stunted atau pendek bila panjang atau tinggi badan berada dibawah dua standar deviasi. Pendek terjadi pada sepertiga anak balita dan sering tidak terdeteksi oleh keluarga karena dianggap normal. Di dalam masyaraklat umum pendek tidak mendapat pehatian seperti halnya berat badan rendah atau kurus. Di Indonesia stunted atau pendek waktu lahir sebanyak 20,2% dan selama masa anak (balita) 37%. Tahun 2013 prevalensi lebih dari 40% terdapat pada 15 provinsi di Indonesia, 18% diantaranya sangat pendek. Akibat dari pendek akan terjadi kenaikan risiko kematian anak, efek yang jelek pada perkembangan kognitif dan motorik, kecerdasan yang kurang waktu sekolah, menaikkan kegemukan, mendapatkan penyakit noninfeksi, serta yang terparah adalah mengurangi produktivias masa dewasa.

Pembentukan sel otak paling cepat adalah sampai umur dua tahun yang dipengaruhi oleh kecukupan gizi dan zat besi. Saat ini anak-anak yang menderita kekurangan besi mencapai 40-60%. Kejadian anemia defesiensi besi sudah dialami ibu sejak hamil, anak setelah lahir dan masa sekolah. Kedepannya akan berpengaruh pada kesehatan saat mereka dewasa. Selain itu, akan terjadi gangguan perilaku makan yang disebut pica, yaitu makan yang tidak biasa misalnya makan pasir, kertas, kayu, dsb. Dari sudut pandang ilmu jiwa, gangguan perilaku tersebut dapat berkembang menjadi gangguan perilaku berkelompok dan gangguan sikap membangkang.

Tantangan yang kita hadapi saat ini tidak hanya masalah kesehatan fisik, tetapi juga masalah kesehatan mental dan sosial. Keduanya saling berkaitan dan erat hubungannya dengan pertumbuhan fisik, khususnya otak. Pertumbuhan otak dan fisik selama periode anak dan remaja akan berpengaruh pada kesehatan mental-sosial pada usia selanjutnya.

Untuk membangun pola budaya hidup sehat adalah dengan jalan pendidikan. Pendidikan di keluarga, masyarakat dan sekolah/perguruan. Masa kanak-kanak adalah masa emas yang sangat penting untuk membangun budaya sehat. Guru, setelah ibu, adalah manusia terbaik dalam membudayakan hidup sehat.

Variasi kesenjangan AHH dan AKB tampaknya terkait adanya perbedaan fasilitas pelayanan dan ketersediaan tenaga medis, infrastruktur kesehatan, ketersediaan obat dan biaya berobat antarprovinsi di Jawa dan luar Jawa, di kota dan desa. Tidak semua daerah di Indonesia dapat memenuhi standar pelayanan kesehatan yang memadai. Kurangnya fasilitas dan biaya obat mahal, khususnya daerah pinggiran. Dengan demikian, perlu ada kebijakan yang berbeda, terutama di daerah-daerah yang jumlah penduduknya rendah dan sebarannya tidak merata.

Indonesia sudah mempunyai institusi penelitian, produksi vaksin dan obat yang andal. Namun, kerja sama antarpemerintah, akademisi, pebisnis, dan masyarakat masih diperlukan satu komando koordinasi. Reformasi organisasi diperlukan supaya riset dari lembaga perguruan tinggi, Litbangkes, LIPI, BPPT, Pabrik/BUMN, Biofarma, dan swasta menjadi satu gerakan yang didukung dan difasilitasi negara.

Biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk pengobatan (kuratif) -yang disebabkan oleh pola hidup kurang sehat, seperti penyakit kanker, jantung diabetes, cukup besar. Perlu digalakkan pendekatan preventif untuk menekan biaya pengobatan kuratif. Mencegah penyakit lebih baik dan lebih murah daripada mengobati penyakit. Gerakan nasional masyarakat hidup sehat (GERMAS) telah dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo pada 15 November 2016.

Dalam menuju Indonesia sehat diperlukan (1) “bibit manusia” yang berkualitas, kesehatan ibu hamil yang optimal merupakan tugas negara, (2) hingga usia dua tahun anak Indonesia tidak boleh kekurangan gizi, (3) pendidikan dilingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah merupakan pilar budaya hidup sehat; pendidikan guru dan ibu harus menjadi program utama pemerintah. Ketiga poin ini adalah dasar utama revolusi mental, karena dimasa itu adalah masa pembentukan karakter bangsa Indonesia. (4) reformasi semua institusi riset kesehatan baik negeri atau swasta, (5) perlu sistem komando untuk Gerakan Masyarakat hidup Sehat (GERMAS) yang sistematik dan masif. (Dian/IRO)

Sumber: Pidato Ilmiah Menuju Indonesia Sehat: Harapan, Tantangan, dan Pemikiran untuk Mencapainya, Prof. Dr. dr. Sutaryo, Sp.AK, 2016.

Berita Terbaru