Menteri Kesehatan Menguji Doktor Baru FK UGM

FK-UGM. Fakultas Kedokteran resmi melantik Doktor ke 3.777 UGM dari program studi Kedokteran Klinik, dr. Agus Supartoto, Sp.M(K)., di gedung Auditorium Fakultas Kedokteran UGM, Sabtu (21/10). Melalui disertasi berjudul: “Hubungan Penggunaan Injeksi Progesteron Sebagai Alat Kontrasepsi Terhadap Peningkatan Kejadian Meningioma Orbitkranial Pada Wanita: Kajian Pada Ekspresi mRNA PR, Nf2, ErbB2, VEGF, dan Mutasi Nf2 Sebagai Faktor Risiko”, berhasil menghantarkan dokter Agus meraih predikat cumlaude.

Hasil penelitian yang diuji langsung oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia Kabinet Kerja, Prof. Dr. dr. Nila Djuwita Anfasa Moeloek, Sp.M(K) ini menunjukkan bahwa paparan kontrasepsi hormon yang aman dari risiko meningioma adalah tidak lebih lebih dari 10 tahun. Selain itu, makin lama paparan terhadap kontrasepsi hormon aman akan meningkatkan risiko meningioma.

Tentunya, hasil penelitian ini disambut baik oleh Ibu Menteri Kesehatan karena dapat memberikan penemuan baru untuk masalah keluarga berencana. “Saya berterima kasih karena sudah memikirkan angka kematian artinya disini juga ada hubungannya dengan keluarga berencana”, ungkap Menteri Kesehatan Indonesia yang ke 20 tersebut. Dalam kesempatan ini, ibu Menteri Kesehatan juga menghimbau untuk para wanita untuk mewaspadai 3F yaitu female, fat, forty. Wanita yang berusia lebih dari 40 tahun untuk selalu menjaga kesehatannya dan menghindari penumpukan lemak agar terhindar dari penyakit.

Data empirik di RSUP Dr. Sardjito menunjukkan bahwa sebagian besar wanita penderita meningioma orbitokranial yang menjalani operasi memiliki riwayat kontrasepsi hormonal. Sejak Agustus 2009 – Agustus 2010, sudah terdapat 21 kasus meningioma dan 18 di antaranya adalah perempuan. Dari kasus tersebut terdapat 16 wanita pemakai kontrasepsi hormonal, 14 wanita pemakai kontrasepsi suntik, dan 2 di antaranya menggunakan pil. Walaupun meningioma merupakan tumor jinak, tapi meningioma dapat menyebakan kematian jika terletak di intrakranial. Pembahasan mengenai hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormonal dengan kejadian meningioma masih bersifat spekulatif karena melibatkan proses tingkat molekuler.

Doktor yang juga merupakan lulusan Moran Eye Centre Amerika Serikat ini mengatakan bahwa alat kontrasepsi hormon merupakan jenis kontrasepsi yang paling banyak digunakan di Indonesia karena penggunaannya yang mudah dan jangka panjang. Berdasarkan hal tersebut, dokter Agus menganggap perlu adanya kajian penelitian yang meneliti pengaruh kontrasepsi hormonal terhadap angka kejadian meningioma orbitokranial.

 “Ini adalah sesuatu yang luar biasa. Hasilnya sangat bagus karena ini memberikan kontribusi yang sangat penting. Nantinya apabila hasil penelitian ini digunakan dan dilanjutkan bisa menjadi suatu monitoring dan advokasi atau SOP pada BKKBN dan Departemen Kesehatan”, ujar Prof. dr. Sofia Mubarika Haryana, M.Med.Sc, Ph.D selaku ketua tim promotor.

Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek dosis kontrasepsi hormon yang dapat berisiko timbulnya meningioma dan tentunya dengan melihat indikator penurunan ekspresi Nf2. Namun hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi tenaga kesehatan untuk melakukan edukasi ataupun para wanita untuk memilih jenis kontrasepsi yang tepat. Harapan jangka panjangnya adalah hasil penelitian ini mampu memberikan kontribusi yang baik untuk memajukan kesehatan Indonesia terutama bagi kesehatan para wanita yang masih berada di usia subur. (Farah/Reporter)

Berita Terbaru