Hemovigilance, Data Risiko Transfusi Pertama di Indonesia

FK-UGM. Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran UGM meluncurkan web Hemovigilance, sebagai bentuk surveilan data risiko transfusi darah pertama di Indonesia, Selasa (15/8) dalam acara The 9th Continuing Professional Development on Clinical Pathology and Laboratory Medicine (CPD CPLM) Joglosemar 2017. “Angka risiko transfusi darah di Yogyakarta sekitar 0,24 persen. Ini memang terkesan angka kecil, akan tetapi harus ditindaklanjuti karena terkait patient safety”, ungkap Ketua Panitia, Dr. dr. Teguh Triyono, SpPK(K) di sela-sela acara.

Hemovigilance merupakan sebuah sistem terbaru yang dibangun untuk membantu penatalaksanaan kejadian reaksi transfusi yang selama ini kurang mendapatkan perhatian banyak orang. Demam, alergi, mual, menggigil hingga syok ataupun pingsan disebut-sebut sebagai efek samping yang muncul akibat transfusi darah.

“Dengan adanya web ini, kita akan mengembangkan sistem alert terkait upaya antisipasi risiko. Tentu ini penting untuk menentukan tindak lanjut pasien yang mengalami paparan risiko transfusi. Kelak, akan ada data, analisis dan rekomendasi nasional yang selama ini belum ada,” imbuhnya.

Sistem kerja Hemovigilance tentu tidak berdiri sendiri. Tim Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran UGM juga bekerjasama dengan RSUP Dr. Sardjito, Perhimpunan Dokter Transfusi Darah Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia (PDS PatKLIn), serta Komite Pelayanan Darah Kementrian Kesehatan RI.

Tahun 2017 ini, Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran UGM menjadi tuan rumah pelaksanaan CPD CPLM Jogjlosemar tanggal 14-16 Agustus yang diikuti kurang lebih 328 peserta se-Indonesia. Acara yang rutin diselenggarakan setiap tahun ini diawali dengan kegiatan workshop. Sedangkan untuk hari kedua dan ketiga berisi presentasi tema-tema terkini terkait pelayanan kedokteran laboratorium.

Tuntutan untuk menjaga pelayanan terkini dan aman bagi pasien harus semakin tepat ataupun akurat. Oleh karenanya, peran modalitas diagnostik menjadi sangat penting.

“Apa yang dilakukan panitia penyelenggara merupakan sesuatu yang sangat berharga. Tentu kerjasama antar spesialis semakin diperlukan, karena dalam dunia kedokteran tidak ada pejuang sendirian. Semua dilakukan bersama-sama,” pesan Dekan Fakultas Kedokteran UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., PhD., SpOG(K) saat membuka acara workshop hari pertama, Senin (14/8) di gedung Auditorium Fakultas Kedokteran UGM. (Wiwin/IRO).

Berita Terbaru