FK UGM adakan Public Lecture bersama Profesor Mark A. Graber

FK-UGM. Hak asasi manusia adalah salah satunya menjadi sehat. Kesehatan tidak hanya dimiliki oleh seorang saja namun juga untuk kelompok dan seluruh anggota masyarakat. Menurut Undang-undang nomor: 36 tahun 2009, menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk mencapai keadaan sehat, perlu adanya pelayanan kesehatan yang tersedia, mudah dijangkau, berkesinambungan, serta terpadu dalam melayani masyarakat. Pelayanan kesehatan di Indonesia terdiri dari tingkat primer, sekunder, hingga tersier. Salah satu pelayanan kesehatan tingkat primer adalah pelayanan kedokteran keluarga.

Kedokteran keluarga sebagai layanan kesehatan primer menjadi ujung tombak upaya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit ada di tiga level, komunitas, level universitas dan tingkat individu (dokter keluarga). Hal itu mengemuka dalam public lecture Profesor Mark A. Graber dari University of Iowa dengan tema “Preventing Diseases and Promoting Health through High Quality of Primary Care “, Jumat (27/10) di Ruang Multimedia Universitas Gadjah Mada. Graber meyakini bahwa bangsa dan negara dengan layanan kesehatan primer yang lebih kuat, secara konsisten memiliki performa kesehatan yang lebih baik plus rendahnya angka semua penyebab kematian termasuk angka kematian neonatal, angka kematian karena penyakit jantung dan kanker. “Akses pelayanan itu bergantung kepada penyebaran lokasi dokter itu dimana. Padahal sekarang kebanyakan dokter tidak berada pada daerah yang populasi penyakitnya banyak.”, tegas Graber.

Bagaimana kedokteran keluarga berperan dalam hal ini?. Dokter keluarga/dokter layanan primer sudah pasti memiliki keahlian dalam layanan kesehatan primer, dan spesialisasi layanan kesehatan primer merupakan spesialis yang diakui oleh semua kelompok dokter lainnya. Di AS, satu tambahan dokter keluarga per 10.000 pasien mampu menurunkan 5 persen kunjungan rawat jalan, 5,5 persen penerimaan rawat inap, 10,9 persen penurunan kunjungan UGD, dan 7,2 persen penurunan operasi. Secara keseluruhan, data di AS menunjukkan 127.000 nyawa terselamatkan per tahun dengan adanya peningkatan jumlah dokter layanan primer. Penerapan layanan kesehatan primer memudahkan akses layanan kesehatan, bahkan mampu memperbaiki pelayanan kesehatan yang diterima masyarakat.

Selain itu, layanan kesehatan primer mendorong cakupan asuransi kesehatan secara menyeluruh sehingga mampu mengurangi beban biaya kesehatan yang ditanggung masyarakat tanpa mengurangi kualitas layanan yang mereka terima. Tersedianya dokter layanan primer yang mencukupi mampu mengurangi disparitas layanan kesehatan dan biaya-biaya sosial utamanya di pedesaan dan wilayah pinggiran kota. “Universitas dan perguruan tinggi harus mampu menjadi pelopor promosi layanan kesehatan primer dengan sosialisasi menyeluruh ke populasi dan industri sehingga memperkuat keberlanjutan ekologis, sosial dan ekonomi masyarakat luas”, pungkas Graber.

Sebelumnya, Prof. Graber menerima piagam penghargaan dari UGM atas peran dan kontribusinya dalam pengembangan kurikulum dan pengajaran program magister dokter keluarga di UGM. Penghargaan disampaikan oleh Wakil Rektor Bidang Alumni dan Kerjasama UGM, Dr. Paripurna P. Sugarda, S.H., L.L.M. Mengutip pernyataan koordinator acara, Dr. Mora Claramita, terhitung sejak 2010 Prof. Graber secara reguler memberikan asistensi clinical updates, pengajaran dalam pendidikan layanan primer termasuk mendukung lahirnya Departemen Kedokteran Keluarga, Komunitas dan Bioetika di Fakultas Kedokteran UGM. Di  hari yang sama juga secara simbolis diinisiasi dokumen kerja sama UGM – University of Iowa dengan fokus pada educational training & research. (Sari/ IRO; Foto/Farah)

Berita Terbaru