FK dan Rumah Sakit, Satu Kesatuan dalam AHS

dsc_0621

FK-UGM. Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit merupakan satu kesatuan yang memiliki fokus kegiatan pada peningkatan pelayanan, pendidikan dan penelitian melalui pengembangan Rumah Sakit Pendidikan. Saat ini masih banyak permasalahan di dalam sistem kesatuan terebut yang berbeda di tiap negara dan daerah. “Hal inilah yang mendorong diselenggarakannya pertemuan International Conference Academic Health System (AHS) Southeast Asia Regional Meeting 2017 pada tanggal 12-13 Januari 2017 mendatang,” papar ketua AHS UGM, Prof.dr.Budi Mulyono, SpPK (K)., MM, Selasa (10/1) di gedung Grha Wiyata lantai 1 Fakultas Kedokteran UGM.

Misalkan sebuah Rumah Sakit tidak memiliki tenaga atau alat yang memadai, maka pasien bisa dikirim ke Rumah Sakit yang tergabung dalam jejaring AHS atau mendatangkan tenaga dokter dengan spesialisasi tertentu ke Rumah Sakit tersebut. Di sinilah perlu adanya persamaan persepsi mengenai Rumah Sakit Pendidikan yang ideal, serta perlindungan hukum kepada dokter, mengingat aturan yang ada hanya mengijinkan dokter untuk praktik di tiga tempat saja.

“Selama ini setiap periksa ke Rumah Sakit Pendidikan, pasien merasa sebagai bahan praktik. Ke depannya kita tidak ingin seperti itu”, tegas Anggota Tim AHS FK UGM, dr. Sri Mulatsih, PhD., SpA(K). Pelayanan RS pendidikan ke depannya diharapkan berbasis patient safety dan peningkatan kualitas pelayanan. “Sedangkan peningkatan riset terutama terkait dengan obat-obatan juga diperlukan agar Indonesia tidak terlalu bergantung dengan obat-obatan impor yang harganya relatif mahal,” imbuhnya.

Pada kesempatan ini, Prof. Budi juga menekankan pentingnya keberadaan Rumah Sakit Pendidikan. Menurutnya peraih penghargaan Nobel, rumah sakit terbaik di dunia, serta Fakultas Kedokteran dengan peringkat tinggi dunia hampir semua berasal dari Rumah Sakit Pendidikan. Bahkan, banyak rumah sakit pendidikan menjadi tempat pilihan utama untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Amerika misalnya, memiliki banyak Rumah Sakit Pendidikan, termasuk di antaranya yang cukup dikenal John Hopkins Hospital, yang terintegrasi dengan John Hopkins University. Sedangkan di Belanda terdapat 7 Rumah Sakit di mana kegiatan pelayanan dan pendidikan juga menyatu. Saat ini, sistem AHS di Indonesia masih dalam proses pengembangan untuk sejajar dengan pencapaian Rumah Sakit internasional tersebut.

Ketua Panitia Seminar Internasional AHS 2017, dr.Endro Basuki, SpBS menyampaikan bahwa output dari Konferensi AHS adalah: pertama, sosialisasi seluruh stakeholder pendidikan mengenai AHS; kedua, Surat Keputusan (SK) dari Kemenristek Dikti dan Kemenkes; serta ketiga, adanya peraturan baru yang lebih tinggi dari SK tersebut. Dr. Endro juga menambahkan, perlu adanya aturan legal untuk penugasan dokter umum atau dokter ahli dalam konteks jejaring rumah sakit pendidikan agar tercipta rasa aman dalam upaya pelayanan terhadap pasien.

Seminar internasional ini akan dihadiri oleh praktisi dari berbagai bidang dan berasal dari negara-negara di Asia Tenggara. Sekretaris panitia seminar, dr.Sri Awalia Febriana, M.Kes, SpKK (K), menyampaikan bahwa agar banyak kalangan mengetahui hasil dari seminar, maka materi dan webinar akan disediakan dalam website kanal pengetahuan.

Asosiasi AHS memang sudah ada di tingkat internasional, diawali dengan pembentukan asosiasi di Amerika Serikat. Asosiasi ini meluas ke Eropa, Asia-Pasifik, dan daerah lain sehingga dibentuklah asosiasi secara Internasional dan diikuti asosiasi lainnya dalam lingkup regional. “Sifat dari asosiasi AHS adalah terbuka dan tidak wajib. Namun alangkah baiknya seluruh rumah sakit pendidikan bergabung dengan AHS untuk meningkatkan kapasitas dan wawasan. Bahkan tidak menutup kemungkinan, puskesmas turut bergabung dalam sistem ini,” pungkas Tim AHS FK UGM, Prof. Dr. dr. Teguh Aryandono, SpB(K) Onk menutup sesi diskusi. (Dewanto/Reporter)

Berita Terbaru