Epilepsi pada Anak

Istilah epilepsi atau “ayan” sering sekali kita dengar, anak yang didiagnosis epilepsi dianggap sebagai stigma atau aib pada keluarga sehingga mereka berusaha menutupi keadaan yang sebenarnya. Epilepsi merupakan gangguan neurologis yang sering terjadi pada masa kanak-kanak dengan aktivitas neuron yang berlebihan dan tidak normal di otak. Secara klinis epilepsy didefinisikan sebagai serangan kejang yang berulang dengan jarak lebih dari 24 jam tanpa penyebab yang jelas.

Prof. Dr. dr. Elisabeth Siti Herini, Sp.A(K), staf Dosen Fakultas Kedokteran UGM pada pidato pengukuhan Guru Besar Fakultas Kedokteran UGM (9/6) menjelaskan mengenai Epilepsi pada Anak. Beliau memaparkan lebih lanjut tentang bagaimana meningkatkan kualitas hidup anak dengan epilepsi. Pidato tersebut diucapkan di depan rapat terbuka Dewan Guru Besar UGM di balai senat UGM.

Prof. Siti Herini menyampaikan dalam pidatonya, di Indonesia belum ada data mengenai prevalensi maupun insidensi untuk penyandang epilepsy pada anak. Berdasarkan perkiraan WHO (2012) untuk negara yang sedang berkembang prevalensi epilepsi sekitar 6-10 per 1.000 penduduk. Penduduk Indonesia yang berjumlah 245 juta, dengan jumlah anak sampai usia 14 tahun 27,3%, diperkirakan jumlah penyandang epilepsi pada anak sekitar 400.000-660.000. jumlah yang cukup banyak dan memerlukan perhatian khusus untuk penanganannya.

Ibu tiga anak ini menuturkan bahwa penyebab epilepsi salah satunya karena keturunan, namun epilepsi merupakan penyakit yang diturunkan tidak selalu benar. Banyak penelitian yang menemukan mutasi terkait dengan epilepsi.Sampai saat ini penelitian-penelitian ini terus dikembangkan untuk menemukan penyebab penyakit epilepsi. Tentunya akan memberikan hasil yang akan mengubah perkiraan penyebab epilepsi yang selama ini dianggap idiopatik akan berubah menjadi simtomatik.

Dalam meningkatkan kualitas hidup anak dengan epilepsi perlu diterapkan terapi epilepsi. Tujuannya adalah anak terbebas dari serangan kejang sehingga fungsi otak dapat tetap mencapai maksimal. Ada 2 macam pengobatan, yaitu farmakoterapi dan non-farmakoterapi. Bagi anak dengan epilepsi diperlukan kolaborasi antara orang tua, anak, tim kesehatan dan sekolah. Sehingga diharapkan kemampuan anak dapat maksimal.

Apabila penyebab epilepsi pada anak diketahui, maka dapat dilakukan pencegahan antara lain:

  1. mencegah terjadinya cedera kepala, keadaan ini dapat mencegah epilepsi pascatrauma
  2. perawatan perinatal yang memadai sehingga dapat mengurangi kasus baru epilepsy disebabkan oleh cedera kelahiran
  3. penggunaan obat-obatan atau metode lain untuk menurunkan suhu tubuh anak pada waktu demam untuk mengurangi kemungkinan kejang berikutnya
  4. infeksi system saraf pusat juga merupakan penyebab umum dari epilepsi terutama di daerah tropis termasuk Indonesia

(Dian/IRO)

Berita Terbaru