Geographic Information System in Public Health

GIS in PH

Yogyakarta – Penelitian kesehatan masyarakat dengan pendekatan GIS (Geographic Information System) meningkat pesat baik untuk studi populasi, insidensi & prevalensi penyakit, kesehatan lingkungan dan sebagainya. Sistem Informasi geografis, sebagaimana penjelasan dalam Wikipedia, adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial atau dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi bereferensi geografis, misalnya data yang diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah database. Salah satu kekuatan dari pendekatan GIS adalah menjawab pertanyaan ‘di mana’ suatu objek diproyeksikan dalam sebuah peta. Pola-pola suatu objek dapat digambarkan dengan mudah seperti di mana lokasi fasilitas kesehatan, persebaran penyakit tertentu di suatu wilayah, cakupan imunisasi. Bahkan dengan teknologi GIS yang ada saat ini, ahli kesehatan masyarakat dan kedokteran juga dapat menilai disparitas dan inequality yang dikaitkan dengan program pengembangan sistem kesehatan.

Senin (11/1) Minat Studi S2 SIMKES Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat menghadirkan Dr Steve Ebener, WHO Representative for GIS sebagai narasumber kuliah umum bertajuk GIS in Public Health yang sekaligus juga memperagakan ‘Demonstration GIS Tool: AccessMod’. Dalam GIS, konten dan metode merupakan kunci penting sehingga fungsi GIS dalam Public Health dapat dioptimalkan sebagai risk assessment untuk mengidentifikasi masalah di populasi, measure accessibility untuk memastikan semua populasi dapat mengakses fasiltas kesehatan (faskes) serta the formulation of public health policies untuk mengatasi permasalahan kesehatan masyarakat yang ditemukan.

Terbukti saat ini geografi berperan penting di public health karena dari ketiga aspek itu, geografi dapat digunakan sebagai “platform” integrasi netral juga untuk evaluasi UHC dalam melihat aksesibilitas populasi terhadap faskes. Geografi sebaiknya diintegrasikan pada sistem informasi kesehatan dan pada setiap data management cycle. Untuk itu perlu melibatkan semua pihak terkait seperti tenaga medis dan kesehatan, fasilitas kesehatan primer, fasilitas kesehatan lanjutan, dinas kesehatan kabupate/kota, dinas kesehatan propinsi serta menggunakan database yang harus terstandar untuk semua yang membutuhkan. Supaya database yang dibuat terstandar dapat dibuat registry yang merupakan kunci dalam menjamin kompatibilitas data. Manfaat registry antara lain memfasilitasi kompatibilitas data, meminimalkan duplikat pelaporan, menyediakan denominator untuk pengumpulan data, monev analisis dukungan dan menjamin transparansi serta efisiensi pelaporan. WHO mengembangkan GIS Tool bernama AccessMod, yang merupakan ekstensi dari ArcGIS yang dapat berfungsi sebagai spatial analyst extension. Beberapa fungsi yang dapat disediakan dalam AccessMod untuk pengguna:

  • Mengukur aksesbilitas fisik menuju faskes
  • Mengestimasi cakupan geografis faskes yang tersedia (kombinasi dari ketersediaan dan aksesibilitas)
  • Analisa scalling up, melengkapi jaringan yang ada

 

Materi CME
1. GIS in Public Health
2. AccessMod

 

Berita Terbaru