Angka Kejadian Bencana di Indonesia Tinggi

FK-UGM. Angka kejadian bencana di Indonesia dinilai cukup tinggi. Dari data yang berhasil dikumpulkan, hingga bulan Oktober 2016 terdapat 1.928 kejadian bencana di Indonesia. Ditambah lagi kejadian kebakaran hutan di wilayah Riau pada bulan Februari sampai dengan April 2016. Belum lagi munculnya kejadian bencana banjir, angin puting beliung dan tanah longsor yang juga terjadi pada tahun 2016 di berbagai wilayah di Indonesia.

“Kurang lebih 90% penyebab kejadian bencana yang terjadi di Indonesia tersebut akibat climate change. Hal ini tentu menumbuhkan kesadaran dari berbagai fasilitas kesehatan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan saat terjadi bencana. Mulai dari rumah sakit maupun puskesmas diharapkan bisa membuat persiapan dalam penanganan bencana,” ujar Ketua Divisi Manajemen Bencana Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan (PKMK) Fakultas Kedokteran UGM, drBella Donna, M.Kes., Rabu (8/2) di ruang rapat Senat gedung KPTU lantai 2.

Data-data tersebut dipaparkan secara terperinci dalam kegiatan “Sarasehan Kaleidoskop 2016 dan Outlook Manajemen Bencana Kesehatan di Indonesia tahun 2017”, sekaligus sebagai rangkaian kegiatan pelaporan tim penanggulangan gempa kabupaten Pidie Jaya dan banjir bandang di kota Bima, diprakarsai oleh PKMK Fakultas Kedokteran UGM yang mempunyai program unggulan Hospital Disaster Plan (HDP) dan Primary Health Care Disaster Plan (PHCDP).

Asisten Konsultan di Divisi Manajemen Bencaana PKMK Fakultas Kedokteran UGM, Madelina Ariani, SKM, MPH., menuturkan ada sejumlah 41 peserta webinar dan 25 peserta yang hadir mengikuti acara tersebut.  Peserta webinar yang turut berpartisipasi diantaranya adalah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), World Health Organization (WHO) Indonesia, Pusat Penanggulangan Krisis Kementrian Kesehatan RI, Universitas M.H. Thamrin, dan beberapa STIKES di Indonesia. Selain itu, peserta yang hadir di Ruang senat Gedung KPTU Fakultas Kedokteran UGM di antaranya berasal dari RSUD Klaten, Dinas Kesehatan Kota DIY, Dinas Kesehatan Provinsi DIY, Dinas Kesehatan Sleman, dan beberapa dosen di Fakultas Kedokteran UGM.

Staf Pengajar dari Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran UGM, dr. Hendro Wartatmo, Sp.B.KBD., memaparkan bahwa butuh waktu lima hari untuk berkoordinasi. Menurutnya, hal yang paling berat di kabupaten Pidie Jaya adalah masalah komunikasi dengan pihak kabupaten Pidie Jaya. Selain itu, ada fenomena menarik yang ditemukan, yaitu bahwa di Kabupaten Pidie Jaya terdapat ratusan tenaga kesehatan yang menjadi relawan untuk membantu puskesmas. “Mereka bekerja di sana tanpa dibayar,” tegasnya.

Tim yang berangkat ke kota Bima bernasib sebaliknya. Tim yang datang pada saat masa respon ini menemukan berbagai kendala di lapangan. Dari lima kecamatan yang terendam banjir di wilayah kota Bima tersebut, empat puskesmas lumpuh. bahkan vaksin yang ada pun tidak lagi bisa dipergunakan karena sudah basah terendam air. Sehingga lebih banyak ditemukan kasus penyakit di daerah yang rendah vaksin tersebut.

Staf pengajar Departemen Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UGM, Sutono, S.Kep. Ns., juga memaparkan pengalamannya saat berhadapan dengan kasus pelayanan kesehatan di kota Bima. “Terdapat satu korban meninggal karena tetanus. Uniknya, korban yang meninggal tersebut berasal dari daerah yang menolak vaksin karena alasan kepercayaan,” tuturnya. (Siti Rohmah Megawangi/Kontributor)

Berita Terbaru