Aman Berkendara untuk Lansia

FKKMK-UGM. Di propinsi DI Yogyakarta, proporsi usia lanjut (lansia) yang memiliki  Surat Ijin Mengemudi (SIM) C sebanyak 2,4 persen (30.000 dari 1.236.374) dan SIM A sebanyak 1,8 persen (15.500 dari 879.000). Data tersebut diungkapkan oleh staf Dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM, Dr. dr. H. Probosuseno, SpPD., K-Ger., Jumat (11/5) dalam agenda seminar Pokja Geriatri di Grha Joglo Alumni .

“Kebanyakan lansia dilarang berkendara bukan oleh polisi tetapi oleh keluarganya. Padahal, berkendara bagi lansia itu mampu meningkatkan kualitas hidup, rasa percaya diri, mencegah pikun dan meningkatkan kecerdasan. Tentunya dengan berkendara yang aman,” paparnya.

Dokter konsultan geriatri ini juga mengungkapkan bahwa konsensus ahli keamanan lalu lintas juga menyebutkan kalau pengemudi tua sebaiknya tetap di jalan, selama mereka dapat mengemudi dengan aman.

Mengemudi merupakan kerja terintegrasi, dan terdapat interaksi penglihatan terus menerus, kecepatan adekuat proses mental, respon tepat dan akurat, serta kendali motor-sensori yang adekuat.

“Penglihatan, pendengaran, fungsi kognitif, kekuatan, kelenturan dan rentang gerakan hingga penuruan waktu reaksi dan refleks baik kemampuan kogitif, kekuatan dan kelenturan juga harus diperhatikan sebelum mengemudi karena penurunan pada aspek ini jelas akan mempengaruhi kemampuan mengemudi,” papar Dr. Probo.

Lalu saat kondisi seperti apa lansia mendapatkan larangan mengemudi? “Jika terjadi perubahan fungsi luhur seperti stroke, hilang kesadaran periodik seperti kejang ataupun epilepsi, maupun saat ketajaman penglihatan berkurang,” imbuhnya.

Dokter Probo dalam kesempatan ini juga mengungkapkan bahwa lansia itu berada di titik puncak usia. Tipe-tipe lansia akan menentukan cara pendekatan terhadapnya, termasuk aspek komunikasi kepada lansia. “Komunikasi yang sukses dengan dan untuk lansia harus menganut prinsip senyum, salam, sapa dan sentuh. Aspek empati dan manusiawi itu sangat mereka perlukan,” ujarnya.

Dalam konsep ini, penggunaan kata ‘Kita’, konsep bercerita untuk mempersuasi, pengaturan kecepatan maupun kerasnya suara, penekanan kata di akhir kalimat, kebersihan mulut, gesture tubuh (tatap wajah, badan condong), tidak sombong, perhatian, mengingat hal yang disukai lansia, memberikan kesempatan maupun menggunakan alat bantu komunikasi merupakan berbagai cara agar komunikasi dengan lansia berjalan baik.

Selain mengupas permasalahan berkendara dan komunikasi untuk lansia, seminar yang digelar selama satu hari ini juga membahas mengenai syok, infeksi, kegawatan, maupun vaksinasi pada usia lanjut. Seminar diikuti oleh tenaga kesehatan maupun aktivis pemerhati lansia. (Wiwin/IRO)

Berita Terbaru