ISCADB : Anomali Kongenital

FK-UGM. International Symposium and Workshop on Congenital Anomaly and Development Biology: Current Concept in the Pathogenesis, Diagnosis and Management yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran UGM dan Persatuan Bedah Anak Indonesia (PERBANI) berlangsung selama tiga hari di Eastparc Hotel Yogyakarta, 28 – 30 Agustus 2017. Acara internasional yang diketuai oleh dr. Gunadi, Sp.BA., Ph.D (Fakultas Kedokteran UGM) dihadiri oleh pembicara ahli Prof. Aravinda Chakravarti (Johns Hopskins University), Prof. Kenneth Wong ( The University of Hong Kong), Prof. Kosaku Maeda (Kobe Children Hospital, Kobe University), Prof. Carina Hanashima (Waseda University, RIKEN CDB), Prof. Mohammad Muhit (University of South Asia), Dr. Dikki Drajat Kusmayadi, Sp.BA(K) (Universitas Padjajaran), Prof. dr. Sofia Mubarika Haryana, M.Med.Sc., Ph.D (Universitas Gadjah Mada), Dr. dr. Akhmad Makhmudi, Sp.BA(K) (Universitas Gadjah Mada), Dr. Adria Hariastawa,Sp.BA(K) (Universitas Airlangga), Dr. Nunik Agustriani,Sp.BA(K) (Universitas Gadjah Mada), Dr. Amir Thayeb, Sp.BA(K) (Universitas Indonesia), Prof. dr. Sunartini Hapsara,Ph.D., Sp.AK (Universitas Gadjah Mada), Prof. Dr. dr. Elisabeth Siti Herini, Sp.AK (Universitas Gadjah Mada), Dr. Rizki Diposarosa,Sp.BA(K) (Universitas Padjadjaran).

Acara ini sebagai dukungan UGM dalam kontribusi membangun dunia dengan pengetahuan khususnya anomali kongenital. Anomali kongenital adalah kelainan struktur atau fungsi dan mencangkup kelainan metabolik, yang terjadi sejak dalam kandungan dan muncul saat lahir. Kelainan ini dapat mengancam nyawa, menyebabkan disabilitas jangka panjang, memberi dampak negatif pada penderitanya, keluarga, dan masyarakat.

Kurang lebih sebanyak 260.000 kematian diseluruh dunia (sekitar 7% dari seluruh angka kematian bayi) disebabkan oleh anomali kongenital (data WHO 2004). Kelainan ini disebabkan oleh genetik dan multifaktor, sehingga perlu dilakukan penanganan yang komprehensif. Saat ini, salah satu faktor keterlambatan diagnosa adalah keterbatasan alat diagnostik. Alat yang ada masih menggunakan alat invasif dan sinar radiasi. “Sehingga dibutuhkan alternatif lain yang lebih akurat, aman dan terjangkau”, ungkap Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D, Dekan Fakultas Kedokteran UGM dalam sambutannya. Karena itu, untuk mencapai penanganan yang menyeluruh, perlu memahami kelainan sejak perkembangan embrio dan bagaimana menegakkan diagnosis awal untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas. (Dian/IRO)

Galeri Foto

Berita Terbaru